Nanda & Reza
Oleh : Tri Agustina
“Kak, ke ruang
seni musik yuk? Kita belum ambil penilaian nyanyi, lhoh.” ajak Dini.
“Oh iya, yuk!” jawab
Nanda. Nanda dan Dini menuruni tangga untuk sampai di ruang seni musik.
Ternyata, sudah ada siswa dari kelas lain yang menunggu, karena belum mengambil
penilaian juga. Nanda mendapat urutan kedua dan Nanda beryanyi dengan iringan
midinya.
“Kak, Reza
nyanyi sama bawa bunga tuh. Buat siapa ya?” goda Dini.
“Gak usah berpikiran
macem-macem, deh.” kata Nanda tak mau tahu. Oh iya, Reza itu bribikan (pujaan
hati)nya si Nanda. Nanda pernah nangis gegara Reza, gara-gara nangisin Reza,
nilai UTSnya Nanda jadi jelek. Nanda nangisin Reza karena ... Ah! Nanda gak
boleh kasih tau ke kalian. Ya pokoknya, hatinya bener-bener sakit deh </3
“Kak-kak, Reza
tambah deket ke kita! Wah, wah, wah.” senggol Dini. Nanda tak memperdulikan
ocehan Dini, apalagi melihat ke arah Reza. Hingga akhirnya, bunga yang dibawa
oleh Reza di sodorkan ke Nanda.
“CIYE, CIYE.” sorak
seisi kelas. Nanda hanya diam dan menerima bunga dari Reza.
“Za, PJ Za!
Pajak jadian, Za!” sorak teman-temannya. Reza merogoh di kantungan celananya
dan memberikan beberapa lembar kepada teman-temannya.
“Oke, nih, nih.”
sodor Reza kepada teman-temannya.
“Eh? Nggak yo,
enggak yo! Reza bohong, tau!” kata Nanda gemas.
“ACIYE-CIYE.” sorak
lainnya. Semua siswa sudah mendapat nilai dan boleh kembali ke kelas
masing-masing.
***
“Eh, tadi tho,
kakak di kasih bunga sama Reza lho.” teriak Dini saat kembali ke kelasnya.
“HEH!” sahut
Nanda.
“Wah iya, itu
bunganya!” tunjuk teman-teman lainnya.
“Kak, pajak
jadian, kak!” sorak lainnya.
“Siapa yang
jadian? Plis deh, gak usah gosip!” jawab Nanda.
“Helleh, orang
tadi, si Reza di sorakin temen-temennya buat minta PJ. Terus-terus, si Reza
ngasih uang ke temen-temennya dan ngejawab oke.” seru Dini. Nanda benar-benar
tidak memperdulikan ocehan teman-temannya.
***
Bel pulang
sekolah, sudah banyak teman yang meninggalkan kelas. Tetapi, Nanda masih
mengemasi barang-barangnya. Saat mengemasi barang-barangnya, ada orang lain
yang masuk ke kelas Nanda.
“Gimana?”
tanyanya. Nanda menoleh dan orang tersebut adalah Reza.
“Gimana apanya?”
tanya Nanda.
“Yang tadi lho.”
ujar Reza.
“Yang tadi itu,
serius toh? Aku kira, cuma bercanda.” jawab Nanda.
“Seriuslah. Gimana?”
tanya Reza.
“Nanti aja ya.”
jawab Nanda.
“Ya udahlah. Oh
iya, kamu pulangnya gimana?” tanya Reza.
“Kalau gak
telfon bapak ya, ngangkot.” jawab Nanda.
“Ngangkot aja,
Nda!” kata Reza.
“Gak punya
temen ngangkot.” jawab Nanda.
“Aku temenin
deh!” sorak Reza.
“Aku kan angkot
merah, kamu angkot hijau.” kata Nanda.
“Gak papa,
nanti aku ngangkot merah dulu, terus ngangkot hijau-lah.” kata Reza.
“Gak ah, kamu
nanti malah repot.” tolak Nanda.
“Apa kamu naik
angkot hijau, terus nanti kamu berhenti di pojokan, terus jalan dikit?” tawar
Reza.
“Bolehlah.” jawabku.
Nanda dan Reza berjalan menuju halte, sebelum sampai di halte. Nanda dan Reza
bertemu kakak kelas.
“Naa ...” sapa
kakak kelas.
“Eh, Mas Ozy.” senyum
Nanda.
“Tumben ngangkot,
Na?” tanya Mas Ozy.
“Iya mas,
mumpung ada temennya. Hehe. Duluan ya, Mas?” ucap Nanda.
“Oh iya,
hati-hati ya, Naa.” ucapnya.
“Sip mas.” jawabku.
Mas Ozy menjawabnya dengan senyuman.
“Eh Nda, tadi
itu kakak kelas ya?” tanya Reza.
“Yoi.” kata Nanda.
“Kok manggil
kamu, Na, sih?” tanya Reza.
“Kan
panggilanku di rumah emang Na.” jawab Nanda.
“Oh, tadi itu,
tetanggamu ya? Kok kayaknya akrab sih?” tanya Reza.
“Bukan tetangga
kok. Mas Ozy itu, pernah suka sama aku, jadi ya taulah soal aku.” jawab Nanda
enteng.
“Terus-terus,
kamu suka sama Mas Ozy?” tanya Reza yang sedikit gelisah.
“Iya.” kata Nanda
tanpa dibuat-buat.
“Terus,
sekarang kamu masih suka sama Mas Ozy?” tanya Reza.
“Ngga tau deh.
Udahlah, kamu kepo.” ucap Nanda. Reza diam seribu bahasa, Reza cemburu.
“Ya ampun!
Kameraku ketinggalan di kelas, Za!” ucap Nanda tiba-tiba.
“Oh.” jawab
Reza.
“Temenin aku
ambil kamera di sekolah yuk, Za?” ajak Nanda.
“Boleh, tapi
kamu jawab yang tadi?” kata Reza.
“Nggak mau!”
kata Nanda.
“Ya udah,
enggak aku anterin ambil kamera deh.” ucap Reza.
“Halah, Reza
lhooo. Iya deh aku jawab, tapi waktu turun dari angkot ya? Gimana?” tawar
Nanda.
“Okelah.” jawab
Reza. Nanda kembali ke sekolah untuk mengambil kameranya dengan ditemani Reza.
Setelah mendapatkan kameranya kembali, Nanda dan Reza kembali ke halte hingga
mendapatkan angkot hijau.
***
Sebentar lagi,
Nanda akan turun dan Reza menagih janjinya.
“Gimana Nda?”
tanya Reza.
“Bentar lagi,
.... kiri, Pak!” kata Nanda. Nanda turun dan membayar angkot dan Nanda berkata,
“Iya, Za.” senyum Nanda. Reza bersorak kesenangan. \(^o^)/
SELESAI
[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar