BAB
I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Mengetahui
penyakit osteoarthritis.
2. Mengetahui
proses terjangkitnya osteoarthritis pada manusia.
3. Mengetahui
cara mengobati penyakit osteoarthritis.
B. Latar Belakang
Osteoarthritis dikenal dengan
penyakit sendi degeneratif atau osthoarthrosis.
Osteoarthritis adalah sekelompok kelainaan gerak yang melibatkan
kemunduran sendi termasuk tulang artikular dan tulang subkontral. Osteoarthritis
ditandai dengan nyeri sendi, kekakuan setelah tidak melakukan aktivitas, keterbatasan
gerak, reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yang ditandai oleh
panas dengan derajad ringan dan berkurangnya kualitas hidup pasien.
Osteoarthritis merupakan salah satu
penyakit reumatik dengan jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu
tertentu di suatu wilayah yang cukup tinggi diantara penyakit reumatik lainnya.
Di Inggris, osteoarthritis diderita sekitar 2,4% pasien yang berkunjung ke
dokter umum dan merupakan kasus utama dari 10,1 juta konsultasi gangguan muskuloskeletal yang terjadi setiap tahun. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 14% orang dewasa menderita osteoarthritis, 33,6%
di antaranya diderita oleh sekelompok usia di atas 65 tahun. Prevalensi
osteoarthritis di Amerika Serikat meningkat dengan cepat karena prevalensi usia
lanjut dan kegemukan terus bertambah. Diantara kurun waktu 1995-2005, jumlah
penderita osteoarthritis meningkat dari 21 juta menjadi 27 juta.
1. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit osteoartritis?
2. Bagaimana
proses terjangkitnya (patogenesis) penyakit osteoartritis?
4. Dengan
tindakan non farmakologi, pengobatan osteoarthritis dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan. Apa saja?
5. Lalu,
bagaimana dengan tindakan farmakologi pengobatan osteoarthritis?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pemecahan
Masalah
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi timbulnya penyakit osteoartrisis, adalah :
a. Usia,
merupakan faktor yang beresiko tinggi untuk terserang osteoarthritis. Perempuan
berusia kurang dari 45 tahun, presentasenya 2%
Perempuan berusia 45-65 tahun,
presentasenya 30%
Perempuan yang berusia lebih dari 65
tahun, presentasenya 68%
Sedangkan pada laki-lai, angkanya serupa
tetapi sedikit lebih rendah pada kelompok tua
Gambar : Osteoartrisis menyerang
wanita lanjut usia
b. Obesitas,
pada keadaan normal berat badan akan
melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi otot paha bagian lateral sehingga
resultan gaya akan melewati bagian
tengah/sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas,
resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi
lutut tidak seimbang.
c. Pekerjaan aktivitas fisik yang
banyak membebani sendi lutut, osteoarthritis lebih
sering terjadi pada sendi yang digerakkan secara berulang daripada sendi lain
di tangan.
Gambar : Profesi Atlet yang banyak
menggunakan aktivitas lutut
d. Jenis kelamin,
wanita lebih banyak terserang daripada pria. Wanita lebih sering terkena OA
lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki lebih sering terkena OA paha,
pergelangan tangan dan leher.
e. Faktor hormonal / metabolisme,
diabetes melitus berperan sebagai predisposisi timbulnya OA. Meskipun belum ada
bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab OA, namun,
umumnya osteoartrisis terjadi pada pasien dengan penyakit diabetes.
f. Suku bangsa,
prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA tampaknya terdapat perbedaan di
antar masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih jarang terjadi pada orang-orang berkulit hitam dan
Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli
(Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongential dan
pertumbuhan.
2.
Proses
terjangkitnya (patogenesis) penyakit osteoartritis pada manusia
Pada sinovium, perubahan inflamasi
termasuk hipertropi sinovia dan hiperplasi dengan peningkatan sejumlah lapisan
sel dan juga infiltrasi lapisan jaringan dengan inflamasi sel. Inflamasi
sinovia memberikan gejala dan tanda
osteoartritis, termasuk pembengkakan sendi dan efusi, kekakuan dan kemerahan
pada sendi. Inflamasi pada OA merupakan fenomena sekunder yang berkaitan dengan
destruksi kartilago dan pelepasan produk kerusakan kartilago dalam cairan
sinovia. Netrofil merupakan sel yang banyak terdapat pada sinovitis akut,
makrofag dan limfosit banyak terdapat pada sinovitis yang kronik. Penyebab
inflamasi akut yang kambuh pada OA adalah multifaktor, adanya trauma fisik.
Gambar : Patogenesis Penyakit
Osteoartritis
3.
Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah :
a. Meredakan
nyeri sehingga memungkinkan penderita dapat melakukan fungsi normalnya di
tempat kerja, rumah atau saat beristirahat.
b. Mengurangi
kekakuan atau pembengkakaan kalau terjadi, sehingga dapat mempertahankan fungsi
dan pergerakan sendi dan mencegah kerusakan (contractures dan deformities)
sendi yang lebih parah.
c. Mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan status gizi penderita serta
mencegah dan mengobati efek samping yang kemungkinan timbul akibat obat.
d. Mencegah
dan mengendalikan depresi dan kecemasan yang mungkin timbul, serta memelihara
kesehatan mental dan moral penderita.
e. Memperbaiki
setiap kelainan metabolik akibat penyakit yang ditimbulkan.
4.
Pengobatan
osteoartrisis dengan tindakan non farmakologi :
a. Pendidikan penderita,
dapat menunjang keberhasilan pengobatan. Program ini, dapat mengurangi nyeri sendi dan memperbaiki fungsi
organ tubuh. Selain itu, dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan psikologi
penderita.
b. Latihan fisik,
merupakan tindakan non farmakologi yang diberikan pertama kali pada penderita.
Latihan fisik bermanfaat dalam meningkatkan
mobilitas sendi, memperkuat otot yang menyokong dan melindungi sendi,
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Latihan fisik berbasis lantai dapat
menurunkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Latihan fisik berbasis air dapat
memperbaiki fungsi sendi dan simptom osteoartritis lutut dan bahu.
c. Penurunan berat badan,
kegemukan atau obesitas merupakan salah satu faktor resiko utama osteoartritis.
Penurunan berat badan terbukti dapat memperbaiki kondisi penderita
osteoartritis. Penurunan berat badan lebih dari 6 kg akan mengurangi nyeri dan
memperbaiki fungsi sendi.
d. Pengobatan alternatif dan
komplementer, sebetulnya, teknik ini sudah lama
digunakan untuk meredakan nyeri akibat berbagai penyakit, termasuk
osteoartritis. Akupuntur bermanfaat untuk meredakan nyeri punggung bawah,
tetapi tidak dijelaskan etiology penyebab nyeri punggung. Dengan menggunakan teknologi
modern, terapi listrik dengan berbagai bentuk seperti ultrasound, pulsed
electromagnetic field, transcutaneous electrical nerve stimulation,
interferential therapy, dan LASER telah diaplikasi dalam pengobatan
osteoartritis untuk meredakan nyeri, meningkatkan fungsi sendi dan mengurangi
bengkat.
e. Pemakaian alat bantu,
berbagai jenis alat bantu atau ortose dapat digunakan penderita osteoartritis
dengan tujuan untuk mengurangi beban sendi, menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan sendi, memelihara sendi pada posisi fungsi maksimal, dan mencegah
deformitas. Contoh alat bantu, penahan (brace), tongkat (cane, tripod) atau
alat bantu jalan (walker)
f. Pembedahan,
bila gangguan fungsi sendi semakin nyata dan tindakan baik non-farmakologi
maupun farmakologi tidak memberikan hasil yang memuaskan, tindakan bedah
berekomendasikan. Pembedahan untuk osteoartritis bertujuan untuk mengganti
sebagian kartilago sendi, pembedahan untuk memperbaiki tulang atau
bagian-bagian dari tulang atau pembedahan untuk mengganti sendi penderita
dengan sendi buatan.
5.
Pengobatan
osteoartritis dengan tindakan farmakologi (obat)
1. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat
:
a. Sifat dan keparahan penyakit,
osteoartritis umumnya tanpa disertai dengan inflamasi nyata, sehingga pemberian
analgesik seperti parasetamol cukup optimal. Namun, untuk penyakit yang lebih
berat dengan disertai inflamasi pemberian AINS dan kortikosteroid atau
analgesik opioid dapat dipertimbangkan untuk diberikan.
b. Harapan penderita,
penderita sering menilai baik tentang obat apa yang memberikan efek paling baik
dengan efek samping yang minimal. Namun, efek samping dari obat dan pengobatan
yang diberikan perlu disampaikan pada penderita.
c. Adanya komplikasi,
penderita osteoartritis dengan riwayat ulkus peptik misalnya, tidak toleran
terhadap efek samping gangguan gastrointesinal akibat AINS. Dengan demikian,
perlu menggunakan obat alternatif, misalnya memberikan kombinasi dengan antiulkus
atau pemberian AINS dalam bentuk sediaan
supositoria yang tidak melalui
gastrointestinal.
d. Adanya penyakit lain yang diderita,
penderita kebanyakan pada usia lanjut, berbagai kelainan fungsi organ seperti
kardiovaskuler, ginjal, dan hepar. Maka dari itu, karena AINS atau obat lain
untuk osteoartritis bisa menyebabkan retensi cairan, memicu gagal jantung dan
mempengaruhi fungsi ginjal atau hepar.
e. Adanya kemungkinan interaksi obat,
interaksi obat dengan implikasi klinik nyata dapat timbul pada penatalaksanaan
osteoartritis yang menerima berbagai macam obat baik untuk osteoartritis.
Contoh AINS menghambat ekskresi litium sehingga meningkatkan risiko efek
toksiknya. Metabolisme warfarin bisa dihambat pada pemberian bersama AINS
sehingga meningkatkan efek warfarin.
2. Farmakologi
klinik obat-obat osteoartritis :
a. Analgesik
(analgesik parasetamol dosis 4g/hari)
b. Analgesik
narkotik (tramadol)
c. Analgesik
anti inflamasi non steroid
d. Kortikosteroid
(prednisolon, prednison, metilprednison)
e. Obat
anti rematik yang dapat memperbaiki osteoartritis (asam hialuronat, glukosamin, kondroitin)
f. Obat-obat
topikal (Na-diklofenak 1%, transdermal
lidokain 5%)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Osteoartrisis
merupakan penyakit kronis yang umumnya diderita oleh penderita usia lanjut.
Dengan demikian, pengelolaannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang
berkaitan dengan kondisi usia lanjut. Pengelolaan osteoartrisis umumnya
dilakukan melalui tindakan nonfarmakologi dan farmakologi. Tindakan non
farmakologi dapat berupa pendidikan penderita, latihan fisik, penurunan berat
badan, pengobatan alternatif dan komplementer serta tindakan bedah. Dalam
pemilihan obat untuk osteoartritis perlu mempertimbangkan sifat dan keparahn
penyakit, harapan penderita, adanya komplikasi, penyakit lain yang diderita dan
adanya interaksi obat.
B.
Daftar
Pustaka
1. Pelletier,
J.P., Pelletier, J.M., Abramson, S.B. Osteoarthritis, an Inflammatory Disease,
Potential Implication for the Selection of New Therapeutic Targets. Arthritis & Rheumatism; 2001. 44 (6)
: 1237-1247
2. Ranitya,
R. & Isbagio, H. Epidemilogi dan Faktor Resiko Osteoartritis In:
R.Pramudiyo, R.G. Wachjudi, L. Hamijoyo (eds). Osteoartritis Course. Bandung. 2005. pp: 9-13
3. Soeroso,
J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R. Osteoarthritis. In A.W.
Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata, S. Setiati (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. pp:1205-1211
4. Sharma,
P., Singh, N., V., Shrivastava, A. Bio-Immunology of Osteoarthritis. J Immunol Immunopath. 2002:
4(1&2):20-28
5. Bonnet,
C.S. & Walsh, D.A Osteoartritis, angiogenesis dan inflammation. Rheumatology; 2005. 44:7-16
6. Osteoarthritis
ditinjau dari epidemilogi, patofisiologi dan gejala klinis oleh Woro Rukmi
Pratiwi (Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker / SKPA Ikatan Apoteker
Indonesia)
7. http://www.theatlantic.com/health/archive/2011/11/a-new-way-to-treat-osteoarthritis/248449/
di unduh 26 November 2013
8. http://prohealthnews.net/health/deforming-osteoarthritis-the-causes-and-stages-of.html
di unduh 26 November 2013
10. Bartels,
E.M., Lund H., Hagen, K.B., Dagfinrud, H., Christensen, R., Danneskiold-Samsoe
B. 2007. Aquatic exercise for the treatmant of knee and hip osteoarthritis.
Cochrane Database Syst Rev, (4): CD005523
11. Brooks, P. 1997. Rheumatic disorders. In:
speight, TM, Holford, NHG editors. Avery’s drug treatmant. 4th Ed., Adis
International, Auckland. Pp ; 113-1162
12. Chuang,
S. H., Huang, M.H., Chen, T.W., Weng, M.C., Liu,C.W., Chen, C.H 2007. Effect of
knee sleeve on static and dynamic balance in patients with knee osteoarthritis.
Kaohsiung J Med Sci, 23(8): 405-411
13. Conaghan,
P., Birrel F., Burke, M., Cumming, J., Dickson, J., Dieppe, P. 2008.
Osteoarthritis: national clinical guideline for care and management in adults.
Royal College of Physicians, London.
14. Christensen,
R., Bartels, E.M., Astrup, A., Bliddal, H. 2007. Effect of weight reduction in
obese patients diagnosed with knee osteoarthritis: a systematic review and
metanalysisi. Ann Rheum Dis, 66(4):433-439
15. Moe,
R.H., Haavardsholm, E.A., Grotle, M., Steen, E., Kjeken, I., Hagen, K.B.,
Uhlig, T. 2011. Development of a brief multidisciplinary education progamme for
patients with osteoarthritis. BMC Musculoskelet Disord, 12:257. Doi:
10.1186/1471-2474-12-257
16. St
Clair, S.F., Higuera, C., Krebs, V., Tadross, N.A., Dumpe J., Barsoum, W.K 2006.
Hip and knee arthroplasty in the geriatric population. Clin Geriatr Med, 22
(3): 515-533
17. Penatalaksanaan
dan Farmakoterapi Osteoartritis oleh
Mustofa (Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker / SKPA Ikatan Apoteker
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar