Jumat, 28 Februari 2014

Cerpen OSTI Games 2014 - Karesidenan Surakarta



PLAGIATOR
Oleh : Tri Agustina

Aku baru saja pulang dari sekolah dan hujan turun menghapus jejakku. Aku langsung berlari ke kamar, mengganti seragam sekolah dengan pakaian rumah dan aku langsung mengambil netbook serta menyambungkannya dengan modem. Seperti biasa, sudah ada Sofi yang menyapaku di facebook. Yups, ia teman dunia mayaku. Walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.
“Di, kamu udah cek email belum?” kata Sofi.
“Belum Sof, ada apa?” tanyaku.
“Yaudah, gih sono, kamu ngecek email. Siapa tahu, naskahmu yang ke-8 ini, juga bakal diterbitin?” ujarnya. Aku membuka tab baru dan mengetik alamat emailku yang belum aku keluarkan. E-i-ng … Naskah keterima lagi! Alhamdulillah.
“SOFI!!!” tulisku.
“Wah, keterima ya, neng?” tanya Sofi.
“I to the YA! IYA!” balasku.
“Wah, buku ke-6 ya? Ciecie, rencana kapan terbit nih, Di? Selamat lho, Di.” balas Sofi.
“Hihi, belum tahu nih, Sof. Makasih ya, Sof.” balasku.
“Mm, Di, punya naskah nganggur enggak?” tanyanya.
“Ada Sof, kenapa ya?” tanyaku.
“Boleh kirimin ke aku enggak? Nanti kita nulis duo gitu, jadi, satu buku buat dua penulis. Gimana?” tanyanya.
“Wah, boleh, tuh. Pengalaman baru, boleh dicoba.” ucapku.
“Kirim ke sofimawardini@email.com ya? Aku tunggu, thanks!” katanya. Aku lalu mengirimkan naskah ke emailnya.
“Sip, sudah masuk ya, Melodi. Aku mau membacanya, off dulu, ya? See you.” katanya. Setelah ia meninggalkan percakapan, aku juga memilih untuk offline. 
***
Keesokkan harinya, aku membuka akun facebook dan twitter. Aku melihat dari kontak teman yang sedang online dan ternyata, Sofi sedang online. Namun, tak seperti biasanya, dia tak menyapaku terlebih dahulu. Aku memutuskan untuk menyapanya terlebih dahulu.
“Pagi, Sofi.” kirimku. Aku menunggu balasannya sambil melihat-lihat mention di twitterku. Aku kembali membuka facebookku, karena ada balasan yang aku kira dari Sofi, eh, ternyata dari orang lain. Aku kembali mengirimkan kata-kata yang sama ke Sofi, namun, Sofi hanya melihatnya saja, tanpa ada tulisan sedang mengetik.
Mm, mungkin dia sibuk atau sedang ada masalah. Daripada aku bosan, lebih baik aku mempromosikan 3 bukuku yang sudah terbit dan 3 buku coming soon, deh.” pikirku.
Aku membuka mention, untuk mengetahui tanggapan-tanggapan mereka. Aku, menemukan tanggapan yang berbeda dari @fanabillasw, siapa dia?
“Hei, @melodianaw! Baru nerbitin 6 buku aja, songongnya udah naudzubillah. Gimana kalau udah puluhan? Gue ngelus dada, deh! Ckck.” tweetnya. Aku diam dan menginstropeksi diri, mungkin benar apa yang dia kata, mungkin, aku terlalu sering mempromosikan bukuku, sehingga terlihat songong. Aku segera menjawab mention tersebut.
“Hehe, aku songong yang gimana ya? Oiya, makasih ya, atas kritiknya. Insyaallah, aku gak bakal ngulangin lagi J” balasku.
Beberapa menit kemudian, kakak mengetuk pintu kamarku.
“Buka saja, Kak. Enggak aku kunci, kok.” kataku. Kak Dimas membuka pintu kamarku dan mendekatiku.
“Nih, ada paketan ekselempar buku kamu, nih.” serahnya.
“Wah, makasih ya, Kak Dim.” kataku. Ia tersenyum dan meninggalkan kamarku. Aku kembali membuka facebook dan aku mengulangi mengirim pesan untuk Sofi di facebook.
“Hei, Sof? Lagi sibuk, ya? Kok tumben enggak nyapa aku duluan?” kirimku.
“Hei Di. Hehe, aku sibuk nih. Maaf ya.” balasnya.
“Hehe, maaf ya, kalau aku ganggu.” balasku.
“Enggak kok J” balasnya.
“Sof, buku ketigaku baru saja sampai rumah, dapet 5 ekselempar. Hihi.” ucapku.
“Oh.” jawabnya.
“Hehe, kok singkat sih? Aku minta alamat rumahmu dong, biar aku kasih 1 ekselempar bukuku + tanda tanganku.” kirimku.
“Aku kirim lewat sms ya.” jawabnya.
“Oke. Eh, Sof. Masa, tadi ada yang mention aku, dia bilang kalau aku ini songong. Kira-kira, aku songong kenapa ya, Sof? Kan aku ngerasa gimana gitu, Sof L” balasku.
“Kamu gak ngerasa kalau kamu songong? Ya emang kan, kamu songong.” jawabnya. Aku tak menyangka, bila Sofi akan membalas seperti itu.
“Maksudmu, Sof?” jawabku.
“Ah udah, abaikan aja!” balasnya.
“Sof, kok kamu  jadi kaya gitu, sih? Kalau misalnya aku songong, aku songong bagian mananya ya, Sof? Biar aku bisa intropeksi diri.” balasku. Namun, Sofi tidak membalas pertanyaanku. Aku mencoba menyapanya berulang kali, namun selalu saja tidak ada balasan darinya. Aku tak tahu, mengapa Sofi menjadi seperti itu. Padahal, Sofi yang aku kenal itu, ramah, suka menyapa, murah senyum, ya, walaupun dalam dunia maya sih, tapi aku yakin, aslinya tidak beda jauh kok.
***
Hari ini, aku pergi ke kantor pos, untuk mengirimkan ekselempar buku kepada Sofi. Mudah-mudahan saja, setelah buku ini sampai di rumahnya, dia mau membalas pesan-pesanku, amin. Setelah dari kantor pos, aku memilih pergi ke taman. Di taman, aku melihat orang-orang bahagia, sedangkan aku sendiri, tidak sebahagia mereka. Aku mendekat kepada bangku taman, ada seseorang yang juga duduk disana.
“Hei.” sapaku. Orang tersebut menolehku.
“Melodi Anaswara, ya?” tanyanya.
“Hehe, iya. Kok kenal aku?” tanyaku.
“Tahulah, kamu kan penulis.” katanya.
“Oh iya, nama kamu siapa?” tanyaku.
“Safira Wamirda.” katanya. Perkenalan di taman tersebut, kami teruskan di facebook.
***
Beberapa hari kemudian …
“Di, gimana? Sofi udah nerima bukumu dan maafin kamu belum?” tanya Fira.
“Hft, belum Fii. Padahal, sesuai jadwal, paketan sudah datang dari kemarin. Facebooknya juga sudah di tinggalkan. Aku jadi bersalah nih, Fii.” balasku.
“Butuh waktu kok, Di. Sabar aja ya, kalau temen enggak kemana kok. Hehe.” balasnya.
***
Sudah 9 bulan, hubunganku dan Sofi berakhir. Sudah 9 bulan juga, tidak ada komunikasi dari kami.
“Di, kakakku nerbitin buku nih. Gak nyangka, kalau kakakku juga bisa ngikutin jejakmu.” tulis Fira pada pesanku.
“Wih, selamat ya? Bukunya judulnya apa? Nanti, aku mau ke toko buku. Pingin beli bukunya kakakmu.” jawabku.
“Judulnya, ‘When I Was Fell’ pengarangnya Wardani Fanabilla Sofina.” balasnya.
Aku merasa tak asing dengan judul dan pengarang itu, rasa-rasanya, seperti judul naskah yang aku kirim ke Sofi 9 bulan yang lalu. Aku mengajak Kak Dimas untuk sesegera mungkin ke toko buku dan mengajaknya untuk mencari buku ‘When I Was Fell’ dengan pengarang Wardani Fanabilla Sofina. Hingga akhirnya, aku menemukan buku tersebut dan membawanya ke kasir. Aku membaca novel tersebut di ruang baca toko buku dan aku merasa … INI TULISANKU! Aku membaca profil pengarang dan aku menemukan sebersit kata, “kalian bisa menghubungiku di twitter dengan username @fanabillasw atau ke sofimawardini@email.com.
APA? Jadi, selama ini, dia menjauhiku karena ini? Dia telah merebut hak cipta dariku, dia … dia yang aku kira baik, ternyata … menusukku dari belakang, memanfaatkanku dengan caranya dan dia … kakak dari Fira! Air susu yang aku berikan padanya, dibalas dengan air tuba. Aku tak percaya, mempunyai kawan yang setega itu. Aku,  aku kecewa padanya! Untung saja, Kak Dimas mengajakku pulang. Kalau tidak, aku mungkin bisa mengamuk atau bertingkah anarkis di toko buku.
Sesampainya di rumah, aku ceritakan semua ini kepada Kak Dimas, Ayah, dan Bunda, aku menangis sekencang-kencangnya. Sungguh, aku sangat menyesal dan kecewa. Aku tak meminta masalah ini untuk maju ke ranah hukum karena masalah hak cipta. Aku ingin belajar merelakan dan memaafkan, walaupun aku tahu, tak mudah bagiku untuk merelakan karyaku yang dijiplak olehnya, ya, temanku sendiri, teman yang aku tangisi saat dia meninggalkanku dan membohongiku, teman yang aku kira baik dan segalanya itu, teman yang … PLAGIATOR! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar