Jumat, 13 Desember 2013

Artikel Biologi - Osteoartritis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tujuan
1.      Mengetahui penyakit osteoarthritis.
2.      Mengetahui proses terjangkitnya osteoarthritis pada manusia.
3.      Mengetahui cara mengobati penyakit osteoarthritis.

B.     Latar Belakang
            Osteoarthritis dikenal dengan penyakit sendi degeneratif atau osthoarthrosis.  Osteoarthritis adalah sekelompok kelainaan gerak yang melibatkan kemunduran sendi termasuk tulang artikular dan tulang subkontral. Osteoarthritis ditandai dengan nyeri sendi, kekakuan setelah tidak melakukan aktivitas, keterbatasan gerak, reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yang ditandai oleh panas dengan derajad ringan dan berkurangnya kualitas hidup pasien.

            Osteoarthritis merupakan salah satu penyakit reumatik dengan jumlah keseluruhan  kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah yang cukup tinggi diantara penyakit reumatik lainnya. Di Inggris, osteoarthritis diderita sekitar 2,4% pasien yang berkunjung ke dokter umum dan merupakan kasus utama dari 10,1 juta konsultasi gangguan  muskuloskeletal yang terjadi setiap tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan 14% orang dewasa menderita osteoarthritis, 33,6% di antaranya diderita oleh sekelompok usia di atas 65 tahun. Prevalensi osteoarthritis di Amerika Serikat meningkat dengan cepat karena prevalensi usia lanjut dan kegemukan terus bertambah. Diantara kurun waktu 1995-2005, jumlah penderita osteoarthritis meningkat dari 21 juta menjadi 27 juta.

C.    Permasalahan
1.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit osteoartritis?
2.      Bagaimana proses terjangkitnya (patogenesis) penyakit osteoartritis?
3.      Apa tujuan penatalaksanaan osteoartritis?
4.      Dengan tindakan non farmakologi, pengobatan osteoarthritis dapat dilakukan dengan beberapa tindakan. Apa saja?
5.      Lalu, bagaimana dengan tindakan farmakologi pengobatan osteoarthritis?


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pemecahan Masalah
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit osteoartrisis, adalah :
a.       Usia, merupakan faktor yang beresiko tinggi untuk terserang osteoarthritis. Perempuan berusia kurang dari 45 tahun, presentasenya 2%   
Perempuan berusia 45-65 tahun, presentasenya 30%
Perempuan yang berusia lebih dari 65 tahun, presentasenya 68%
Sedangkan pada laki-lai, angkanya serupa tetapi sedikit lebih rendah pada kelompok tua 

Gambar : Osteoartrisis menyerang wanita lanjut usia
b.      Obesitas, pada  keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan  melewati bagian tengah/sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang.  
c.       Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut, osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi yang digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan.

Gambar : Profesi Atlet yang banyak menggunakan aktivitas lutut
d.      Jenis kelamin, wanita lebih banyak terserang daripada pria. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.
e.       Faktor hormonal / metabolisme, diabetes melitus berperan sebagai predisposisi timbulnya OA. Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab OA, namun, umumnya osteoartrisis terjadi pada pasien dengan penyakit diabetes.
f.       Suku bangsa, prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA tampaknya terdapat perbedaan di antar masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih jarang  terjadi pada orang-orang berkulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongential dan pertumbuhan.

2.      Proses terjangkitnya (patogenesis) penyakit osteoartritis pada manusia
Pada sinovium, perubahan inflamasi termasuk hipertropi sinovia dan hiperplasi dengan peningkatan sejumlah lapisan sel dan juga infiltrasi lapisan jaringan dengan inflamasi sel. Inflamasi sinovia memberikan gejala dan  tanda osteoartritis, termasuk pembengkakan sendi dan efusi, kekakuan dan kemerahan pada sendi. Inflamasi pada OA merupakan fenomena sekunder yang berkaitan dengan destruksi kartilago dan pelepasan produk kerusakan kartilago dalam cairan sinovia. Netrofil merupakan sel yang banyak terdapat pada sinovitis akut, makrofag dan limfosit banyak terdapat pada sinovitis yang kronik. Penyebab inflamasi akut yang kambuh pada OA adalah multifaktor,  adanya trauma fisik.


Gambar : Patogenesis Penyakit Osteoartritis

3.      Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah :  
a.       Meredakan nyeri sehingga memungkinkan penderita dapat melakukan fungsi normalnya di tempat kerja, rumah atau saat beristirahat.
b.      Mengurangi kekakuan atau pembengkakaan kalau terjadi, sehingga dapat mempertahankan fungsi dan pergerakan sendi dan mencegah kerusakan (contractures dan deformities) sendi yang lebih parah.
c.       Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan status gizi penderita serta mencegah dan mengobati efek samping yang kemungkinan timbul akibat obat.
d.      Mencegah dan mengendalikan depresi dan kecemasan yang mungkin timbul, serta memelihara kesehatan mental dan moral penderita.
e.       Memperbaiki setiap kelainan metabolik akibat penyakit yang ditimbulkan.

4.      Pengobatan osteoartrisis dengan tindakan non farmakologi :  
a.       Pendidikan penderita, dapat menunjang keberhasilan pengobatan. Program ini, dapat  mengurangi nyeri sendi dan memperbaiki fungsi organ tubuh. Selain itu, dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan psikologi penderita.
b.      Latihan fisik, merupakan tindakan non farmakologi yang diberikan pertama kali pada penderita. Latihan fisik bermanfaat dalam  meningkatkan mobilitas sendi, memperkuat otot yang menyokong dan melindungi sendi, mengurangi nyeri dan pembengkakan. Latihan fisik berbasis lantai dapat menurunkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Latihan fisik berbasis air dapat memperbaiki fungsi sendi dan simptom osteoartritis lutut dan bahu.
c.       Penurunan berat badan, kegemukan atau obesitas merupakan salah satu faktor resiko utama osteoartritis. Penurunan berat badan terbukti dapat memperbaiki kondisi penderita osteoartritis. Penurunan berat badan lebih dari 6 kg akan mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi sendi.
d.      Pengobatan alternatif dan komplementer, sebetulnya, teknik ini sudah lama digunakan untuk meredakan nyeri akibat berbagai penyakit, termasuk osteoartritis. Akupuntur bermanfaat untuk meredakan nyeri punggung bawah, tetapi tidak dijelaskan etiology penyebab nyeri punggung. Dengan menggunakan teknologi modern, terapi listrik dengan berbagai bentuk seperti ultrasound, pulsed electromagnetic field, transcutaneous electrical nerve stimulation, interferential therapy, dan LASER telah diaplikasi dalam pengobatan osteoartritis untuk meredakan nyeri, meningkatkan fungsi sendi dan mengurangi bengkat.
e.       Pemakaian alat bantu, berbagai jenis alat bantu atau ortose dapat digunakan penderita osteoartritis dengan tujuan untuk mengurangi beban sendi, menstabilkan sendi, mengurangi gerakan sendi, memelihara sendi pada posisi fungsi maksimal, dan mencegah deformitas. Contoh alat bantu, penahan (brace), tongkat (cane, tripod) atau alat bantu jalan (walker)
brace



f.       Pembedahan, bila gangguan fungsi sendi semakin nyata dan tindakan baik non-farmakologi maupun farmakologi tidak memberikan hasil yang memuaskan, tindakan bedah berekomendasikan. Pembedahan untuk osteoartritis bertujuan untuk mengganti sebagian kartilago sendi, pembedahan untuk memperbaiki tulang atau bagian-bagian dari tulang atau pembedahan untuk mengganti sendi penderita dengan sendi buatan.

5.      Pengobatan osteoartritis dengan tindakan farmakologi (obat)
1.      Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat :
a.       Sifat dan keparahan penyakit, osteoartritis umumnya tanpa disertai dengan inflamasi nyata, sehingga pemberian analgesik seperti parasetamol cukup optimal. Namun, untuk penyakit yang lebih berat dengan disertai inflamasi pemberian AINS dan kortikosteroid atau analgesik opioid dapat dipertimbangkan untuk diberikan.
b.      Harapan penderita, penderita sering menilai baik tentang obat apa yang memberikan efek paling baik dengan efek samping yang minimal. Namun, efek samping dari obat dan pengobatan yang diberikan perlu disampaikan pada penderita.
c.       Adanya komplikasi, penderita osteoartritis dengan riwayat ulkus peptik misalnya, tidak toleran terhadap efek samping gangguan gastrointesinal akibat AINS. Dengan demikian, perlu menggunakan obat alternatif, misalnya memberikan kombinasi dengan antiulkus atau pemberian  AINS dalam bentuk sediaan  supositoria yang tidak melalui gastrointestinal.
d.      Adanya penyakit lain yang diderita, penderita kebanyakan pada usia lanjut, berbagai kelainan fungsi organ seperti kardiovaskuler, ginjal, dan hepar. Maka dari itu, karena AINS atau obat lain untuk osteoartritis bisa menyebabkan retensi cairan, memicu gagal jantung dan mempengaruhi fungsi ginjal atau hepar.
e.       Adanya kemungkinan interaksi obat, interaksi obat dengan implikasi klinik nyata dapat timbul pada penatalaksanaan osteoartritis yang menerima berbagai macam obat baik untuk osteoartritis. Contoh AINS menghambat ekskresi litium sehingga meningkatkan risiko efek toksiknya. Metabolisme warfarin bisa dihambat pada pemberian bersama AINS sehingga meningkatkan efek warfarin.
2.      Farmakologi klinik obat-obat osteoartritis :
a.       Analgesik (analgesik parasetamol dosis 4g/hari)
b.      Analgesik narkotik (tramadol)
c.       Analgesik anti inflamasi non steroid
d.      Kortikosteroid (prednisolon, prednison, metilprednison)
e.       Obat anti rematik yang dapat memperbaiki osteoartritis (asam  hialuronat, glukosamin, kondroitin)
f.       Obat-obat topikal  (Na-diklofenak 1%, transdermal lidokain 5%)



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

           Osteoartrisis merupakan penyakit kronis yang umumnya diderita oleh penderita usia lanjut. Dengan demikian, pengelolaannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi usia lanjut. Pengelolaan osteoartrisis umumnya dilakukan melalui tindakan nonfarmakologi dan farmakologi. Tindakan non farmakologi dapat berupa pendidikan penderita, latihan fisik, penurunan berat badan, pengobatan alternatif dan komplementer serta tindakan bedah. Dalam pemilihan obat untuk osteoartritis perlu mempertimbangkan sifat dan keparahn penyakit, harapan penderita, adanya komplikasi, penyakit lain yang diderita dan adanya interaksi obat.

B.     Daftar Pustaka

1.      Pelletier, J.P., Pelletier, J.M., Abramson, S.B. Osteoarthritis, an Inflammatory Disease, Potential Implication for the Selection of New Therapeutic Targets. Arthritis & Rheumatism; 2001. 44 (6) : 1237-1247
2.      Ranitya, R. & Isbagio, H. Epidemilogi dan Faktor Resiko Osteoartritis In: R.Pramudiyo, R.G. Wachjudi, L. Hamijoyo (eds). Osteoartritis Course. Bandung. 2005. pp: 9-13
3.      Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R. Osteoarthritis. In A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata, S. Setiati (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. pp:1205-1211
4.      Sharma, P., Singh, N., V., Shrivastava, A. Bio-Immunology of Osteoarthritis. J Immunol Immunopath. 2002: 4(1&2):20-28
5.      Bonnet, C.S. & Walsh, D.A Osteoartritis, angiogenesis dan inflammation. Rheumatology; 2005. 44:7-16
6.      Osteoarthritis ditinjau dari epidemilogi, patofisiologi dan gejala klinis oleh Woro Rukmi Pratiwi (Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker / SKPA Ikatan Apoteker Indonesia)
9.      http://ganapathi-rao.blogspot.com/2012_02_01_archive.html di unduh 26 November 2013
10.  Bartels, E.M., Lund H., Hagen, K.B., Dagfinrud, H., Christensen, R., Danneskiold-Samsoe B. 2007. Aquatic exercise for the treatmant of knee and hip osteoarthritis. Cochrane Database Syst Rev, (4): CD005523
11.   Brooks, P. 1997. Rheumatic disorders. In: speight, TM, Holford, NHG editors. Avery’s drug treatmant. 4th Ed., Adis International, Auckland. Pp ; 113-1162
12.  Chuang, S. H., Huang, M.H., Chen, T.W., Weng, M.C., Liu,C.W., Chen, C.H 2007. Effect of knee sleeve on static and dynamic balance in patients with knee osteoarthritis. Kaohsiung J Med Sci, 23(8): 405-411
13.  Conaghan, P., Birrel F., Burke, M., Cumming, J., Dickson, J., Dieppe, P. 2008. Osteoarthritis: national clinical guideline for care and management in adults. Royal College of Physicians, London.
14.  Christensen, R., Bartels, E.M., Astrup, A., Bliddal, H. 2007. Effect of weight reduction in obese patients diagnosed with knee osteoarthritis: a systematic review and metanalysisi. Ann Rheum Dis, 66(4):433-439
15.  Moe, R.H., Haavardsholm, E.A., Grotle, M., Steen, E., Kjeken, I., Hagen, K.B., Uhlig, T. 2011. Development of a brief multidisciplinary education progamme for patients with osteoarthritis. BMC Musculoskelet Disord, 12:257. Doi: 10.1186/1471-2474-12-257
16.  St Clair, S.F., Higuera, C., Krebs, V., Tadross, N.A., Dumpe J., Barsoum, W.K 2006. Hip and knee arthroplasty in the geriatric population. Clin Geriatr Med, 22 (3): 515-533
17.  Penatalaksanaan dan Farmakoterapi Osteoartritis  oleh Mustofa (Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker / SKPA Ikatan Apoteker Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar