Rabu, 18 Desember 2013

Cerpen Teenlit


Nanda & Reza
Oleh : Tri Agustina


“Kak, ke ruang seni musik yuk? Kita belum ambil penilaian nyanyi, lhoh.” ajak Dini.
“Oh iya, yuk!” jawab Nanda. Nanda dan Dini menuruni tangga untuk sampai di ruang seni musik. Ternyata, sudah ada siswa dari kelas lain yang menunggu, karena belum mengambil penilaian juga. Nanda mendapat urutan kedua dan Nanda beryanyi dengan iringan midinya.
“Kak, Reza nyanyi sama bawa bunga tuh. Buat siapa ya?” goda Dini.
“Gak usah berpikiran macem-macem, deh.” kata Nanda tak mau tahu. Oh iya, Reza itu bribikan (pujaan hati)nya si Nanda. Nanda pernah nangis gegara Reza, gara-gara nangisin Reza, nilai UTSnya Nanda jadi jelek. Nanda nangisin Reza karena ... Ah! Nanda gak boleh kasih tau ke kalian. Ya pokoknya, hatinya bener-bener sakit deh </3
“Kak-kak, Reza tambah deket ke kita! Wah, wah, wah.” senggol Dini. Nanda tak memperdulikan ocehan Dini, apalagi melihat ke arah Reza. Hingga akhirnya, bunga yang dibawa oleh Reza di sodorkan ke Nanda.
“CIYE, CIYE.” sorak seisi kelas. Nanda hanya diam dan menerima bunga dari Reza.
“Za, PJ Za! Pajak jadian, Za!” sorak teman-temannya. Reza merogoh di kantungan celananya dan memberikan beberapa lembar kepada teman-temannya.
“Oke, nih, nih.” sodor Reza kepada teman-temannya.
“Eh? Nggak yo, enggak yo! Reza bohong, tau!” kata Nanda gemas.
“ACIYE-CIYE.” sorak lainnya. Semua siswa sudah mendapat nilai dan boleh kembali ke kelas masing-masing.
***
“Eh, tadi tho, kakak di kasih bunga sama Reza lho.” teriak Dini saat kembali ke kelasnya.
“HEH!” sahut Nanda.
“Wah iya, itu bunganya!” tunjuk teman-teman lainnya.
“Kak, pajak jadian, kak!” sorak lainnya.
“Siapa yang jadian? Plis deh, gak usah gosip!” jawab Nanda.
“Helleh, orang tadi, si Reza di sorakin temen-temennya buat minta PJ. Terus-terus, si Reza ngasih uang ke temen-temennya dan ngejawab oke.” seru Dini. Nanda benar-benar tidak memperdulikan ocehan teman-temannya.
***
Bel pulang sekolah, sudah banyak teman yang meninggalkan kelas. Tetapi, Nanda masih mengemasi barang-barangnya. Saat mengemasi barang-barangnya, ada orang lain yang masuk ke kelas Nanda.
“Gimana?” tanyanya. Nanda menoleh dan orang tersebut adalah Reza.
“Gimana apanya?” tanya Nanda.
“Yang tadi lho.” ujar Reza.
“Yang tadi itu, serius toh? Aku kira, cuma bercanda.” jawab Nanda.
“Seriuslah. Gimana?” tanya Reza.
“Nanti aja ya.” jawab Nanda.
“Ya udahlah. Oh iya, kamu pulangnya gimana?” tanya Reza.
“Kalau gak telfon bapak ya, ngangkot.” jawab Nanda.
“Ngangkot aja, Nda!” kata Reza.
“Gak punya temen ngangkot.” jawab Nanda.
“Aku temenin deh!” sorak Reza.
“Aku kan angkot merah, kamu angkot hijau.” kata Nanda.
“Gak papa, nanti aku ngangkot merah dulu, terus ngangkot hijau-lah.” kata Reza.
“Gak ah, kamu nanti malah repot.” tolak Nanda.
“Apa kamu naik angkot hijau, terus nanti kamu berhenti di pojokan, terus jalan dikit?” tawar Reza.
“Bolehlah.” jawabku. Nanda dan Reza berjalan menuju halte, sebelum sampai di halte. Nanda dan Reza bertemu kakak kelas.
“Naa ...” sapa kakak kelas.
“Eh, Mas Ozy.” senyum Nanda.
“Tumben ngangkot, Na?” tanya Mas Ozy.
“Iya mas, mumpung ada temennya. Hehe. Duluan ya, Mas?” ucap Nanda.
“Oh iya, hati-hati ya, Naa.” ucapnya.
“Sip mas.” jawabku. Mas Ozy menjawabnya dengan senyuman.
“Eh Nda, tadi itu kakak kelas ya?” tanya Reza.
“Yoi.” kata Nanda.
“Kok manggil kamu, Na, sih?” tanya Reza.
“Kan panggilanku di rumah emang Na.” jawab Nanda.
“Oh, tadi itu, tetanggamu ya? Kok kayaknya akrab sih?” tanya Reza.
“Bukan tetangga kok. Mas Ozy itu, pernah suka sama aku, jadi ya taulah soal aku.” jawab Nanda enteng.
“Terus-terus, kamu suka sama Mas Ozy?” tanya Reza yang sedikit gelisah.
“Iya.” kata Nanda tanpa dibuat-buat.
“Terus, sekarang kamu masih suka sama Mas Ozy?” tanya Reza.
“Ngga tau deh. Udahlah, kamu kepo.” ucap Nanda. Reza diam seribu bahasa, Reza cemburu.
“Ya ampun! Kameraku ketinggalan di kelas, Za!” ucap Nanda tiba-tiba.
“Oh.” jawab Reza.
“Temenin aku ambil kamera di sekolah yuk, Za?” ajak Nanda.
“Boleh, tapi kamu jawab yang tadi?” kata Reza.
“Nggak mau!” kata Nanda.
“Ya udah, enggak aku anterin ambil kamera deh.” ucap Reza.
“Halah, Reza lhooo. Iya deh aku jawab, tapi waktu turun dari angkot ya? Gimana?” tawar Nanda.
“Okelah.” jawab Reza. Nanda kembali ke sekolah untuk mengambil kameranya dengan ditemani Reza. Setelah mendapatkan kameranya kembali, Nanda dan Reza kembali ke halte hingga mendapatkan angkot hijau.
***
Sebentar lagi, Nanda akan turun dan Reza menagih janjinya.
“Gimana Nda?” tanya Reza.
“Bentar lagi, .... kiri, Pak!” kata Nanda. Nanda turun dan membayar angkot dan Nanda berkata, “Iya, Za.” senyum Nanda. Reza bersorak kesenangan. \(^o^)/


SELESAI
[]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar